Hingga pertengahan Juli 2025, sebanyak tiga jemaah haji asal Indonesia masih belum diketahui keberadaannya di Arab Saudi. Kasus ini menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat pentingnya keselamatan seluruh jemaah selama menjalankan ibadah haji. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dan instansi terkait terus mengupayakan pencarian secara intensif, termasuk dengan melibatkan metode identifikasi berbasis DNA.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekah, Khalilurrahman, dalam pernyataan resminya menjelaskan bahwa proses pelacakan masih terus berjalan. Sejumlah langkah telah dilakukan, mulai dari penelusuran di rumah sakit, pos layanan kesehatan, hingga koordinasi dengan pihak keamanan Arab Saudi. Namun, sejauh ini belum ada informasi pasti mengenai keberadaan tiga jemaah yang hilang tersebut.
"Kami sudah menyisir berbagai tempat dan masih terus mencari. Salah satu opsi yang saat ini tengah dipersiapkan adalah pengambilan sampel DNA dari keluarga jemaah yang belum ditemukan," ujar Khalilurrahman.
Langkah pengambilan sampel DNA ini bertujuan untuk membantu identifikasi jika nantinya ditemukan jenazah yang tidak dapat dikenali secara langsung. Mekanisme ini diambil sebagai antisipasi terburuk, meskipun pemerintah dan keluarga jemaah masih berharap agar ketiganya dapat ditemukan dalam keadaan selamat.
Ketiga jemaah yang belum kembali ke tanah air tercatat berasal dari kloter yang berbeda. Identitas mereka tidak dirinci secara terbuka oleh pihak Kemenag demi menjaga privasi dan perasaan keluarga yang tengah dilanda kecemasan.
Proses pelaksanaan ibadah haji tahun 2025 ini diwarnai dengan berbagai tantangan, termasuk cuaca ekstrem dan kepadatan jemaah. Suhu tinggi di Arab Saudi disebut menjadi faktor yang turut mempersulit mobilitas para jemaah, khususnya yang lanjut usia atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Selain upaya pencarian, pemerintah juga memberikan pendampingan psikologis bagi keluarga jemaah yang belum ditemukan. Hal ini dianggap penting agar keluarga tetap mendapatkan dukungan moril dan bisa menjalani proses ini dengan tabah.
Pemerintah Indonesia juga terus menjalin komunikasi aktif dengan otoritas Arab Saudi untuk mendapatkan bantuan maksimal dalam pencarian. Kerja sama bilateral ini menjadi kunci agar proses pencarian bisa dilakukan dengan lebih terstruktur dan efektif.
Masyarakat diimbau untuk turut mendoakan keselamatan tiga jemaah yang masih hilang dan memberikan ruang bagi keluarga untuk menghadapi situasi ini dengan tenang. Di saat yang sama, pemerintah memastikan tidak akan menyerah dalam upaya pencarian hingga titik terang berhasil ditemukan.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa pelaksanaan ibadah haji bukan hanya tentang spiritualitas, tetapi juga menuntut kesiapan fisik, mental, dan sistem pendukung yang solid dari pemerintah maupun masyarakat luas.