Layangan Nekat Guncang Landasan Soetta, Puluhan Penerbangan Terpaksa Ditunda dan Dialihkan


       




Jakarta, 6 Juli 2025 – Sejumlah penerbangan komersial di Bandara Internasional Soekarno–Hatta mengalami gangguan operasional dalam beberapa hari terakhir. Penyebabnya tidak seberapa cuaca buruk atau masalah teknis pesawat, melainkan aktivitas layangan yang terbang hingga ke dekat landasan pacu.

1. Kronologi Insiden

Pada Rabu (2/7) hingga Jumat (4/7), petugas kendali lalu lintas udara di Soekarno–Hatta mencatat peningkatan pesawat yang melakukan go-around atau penundaan pendaratan karena deteksi benda asing terbang di jalur pendekatan. Layang-layang yang lepas dari pemiliknya terlihat melayang di ketinggian antara 100–500 meter, tepat di depan Terminal 2 dan landasan pacu 06.

Beberapa penerbangan yang terdampak antara lain:

  • Transnusa TNU5533 (Yogyakarta–Jakarta) terpaksa memutar balik dua kali sebelum akhirnya bisa mendarat dengan selamat.

  • Lion Air JT797 (Makassar–Jakarta) juga melakukan holding pattern selama 15 menit hingga izin mendarat diberikan.

  • Batik Air ID6205 dan ID7150 harus mengubah rencana pendaratan dan menempuh waktu tambahan di udara.

  • Maskapai Super Air Jet, termasuk penerbangan IU623 (Banjarmasin–Jakarta) dan IU681 (Pontianak–Jakarta), ikut merasakan dampaknya.

Bahkan, beberapa pesawat harus dialihkan ke bandara lain:

  • Batik Air ID6401 dari Surabaya mendarat di Semarang.

  • Batik Air ID6657 dari Lombok mendarat di Yogyakarta.

  • Super Air Jet IU897 dari Medan dialihkan ke Bandara Raden Inten, Lampung.

  • IU681 (Silangit–Jakarta) diarahkan ke Palembang.

Sejumlah laporan mencatat lebih dari 204 penerbangan di Soekarno–Hatta mengalami keterlambatan sejak awal Juli akibat gangguan serupa.

2. Penjelasan Pakar dan Risiko Keselamatan

Pakar penerbangan, Gerry Soejatman, lewat akun media sosial mengungkapkan, "Layang-layang kecil pun bisa membahayakan apabila tersedot ke dalam mesin pesawat. Satu partikel kain atau benang pun berpotensi merusak kompresor mesin CFM56 yang harganya mencapai jutaan dolar Amerika."

Meski layang-layang sering dianggap mainan tradisional tanpa risiko, keberadaannya pada zona kritis bandara dapat memicu insiden lebih serius. Jika menabrak badan pesawat atau kaca kokpit, potensi kerusakan akan jauh lebih besar.

3. Tanggapan Pengelola Bandara

PT Angkasa Pura II selaku operator Bandara Soekarno–Hatta menyampaikan permohonan maaf kepada penumpang yang terdampak. Melalui unggahan di akun resmi, mereka menegaskan bahwa keselamatan operasional menjadi prioritas utama:

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang. Tim kami bersama otoritas setempat telah mengerahkan patroli darat dan langit untuk menertibkan area sekitar bandara. Mohon kerjasamanya agar tidak menerbangkan layangan, drone, atau benda sejenis di sekitar kawasan bandara."

Langkah penanggulangan yang ditempuh meliputi:

  • Penambahan patroli ground surveillance di perimeter bandara.

  • Koordinasi intensif dengan Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja setempat.

  • Penerapan zona larangan terbang untuk hobi permainan yang melibatkan benda terbang.

4. Upaya Preventif dan Edukasi

Untuk mencegah kejadian serupa, pihak berwenang akan meluncurkan kampanye "Safety First, No Kite Zone" pada pertengahan Juli 2025. Beberapa poin edukasi meliputi:

  • Penyuluhan ke sekolah dan komunitas layang-layang tentang bahaya terbangkan layangan di dekat bandara.

  • Pemasangan papan pengumuman di titik keramaian sekitar Tangerang dan kota penyangga.

  • Kolaborasi dengan media lokal untuk menyiarkan public service announcement.

5. Kasus Serupa di Daerah Lain

Next dengan Timer

Insiden interferensi layangan bukan hanya terjadi di Soetta. Sejak Juli 2024, tercatat beberapa helikopter SAR di Bali terjerat benang layangan hingga merusak baling-baling. Di Bandara Juwata (Tarakan), pada Februari 2025 sewaktu musim liburan, sekelompok layang-layang juga mengganggu frekuensi komunikasi pilot & menara kontrol.

6. Kesimpulan

Kejadian gangguan penerbangan akibat aktivitas rekreasi tradisional ini menjadi pengingat bahwa keselamatan transportasi udara memerlukan kedisiplinan bersama. Larangan teknis saja tidak cukup tanpa kesadaran masyarakat. Komitmen semua pihak—operator bandara, aparat keamanan, komunitas, hingga penonton—dibutuhkan untuk menjaga langit tetap aman bagi penerbangan.

"Hobi sekalipun sebaiknya dilakukan di tempat yang aman, jauh dari jalur pesawat," pungkas Gerry.

Dengan langkah-langkah pengamanan yang semakin diperketat, diharapkan gangguan akibat layang-layang bisa ditekan seminimal mungkin, sehingga operasional Bandara Soekarno–Hatta bisa kembali lancar dan nyaman bagi seluruh penumpang.


Penulis adalah jurnalis lepas dengan fokus liputan transportasi dan keselamatan penerbangan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama