Respons Beragam Publik Arab di Tengah Kebakaran Dahsyat di Israel


 Pada Rabu, 30 April 2025, kawasan hutan di tengah Israel—tepatnya di antara Yerusalem dan Tel Aviv—dilanda kebakaran hebat yang memaksa ribuan warga meninggalkan rumah dan memicu keadaan darurat nasional. Api yang bermula di kawasan Eshtaol Forest meluas dengan cepat, menewaskan satu petugas pemadam dan melukai puluhan orang akibat terpapar asap tebal. Sementara petugas pemadam Israel dikerahkan dalam jumlah besar—lebih dari 11 pesawat khusus dan 150 kru darat—bantuan dari Yunani, Kroasia, Italia, dan Siprus juga berdatangan untuk berjibaku menaklukkan kobaran api.

Evakuasi dan Dampak Lapangan
Otoritas setempat mengumumkan penutupan beberapa jalan arteri utama, termasuk jalur kereta antara Ashdod dan Ashkelon, sebagai langkah pencegahan. Desa-desa seperti Neveh Shalom, Beko'a, Ta'oz, dan Mesilat Tzion menjadi titik evakuasi wajib. Ratusan keluarga terpaksa meninggalkan rumah dengan hanya membawa barang-barang penting. Miri Regev, Menteri Transportasi, bahkan menginstruksikan penyediaan kereta bertenaga diesel untuk menjaga kelancaran mobilitas jamaah apabila jaringan listrik terganggu oleh asap dan api.

Skala Kebakaran yang Melebihi 2010
Menurut laporan Channel 12, kebakaran kali ini diperkirakan melebihi kebakaran hutan Carmel pada 2010—yang kala itu menewaskan 44 jiwa dan meluluhlantakkan lebih dari 12 ribu hektar lahan. Komandan Pemadam Kebakaran Distrik Yerusalem, Shmulik Friedman, menyebut api ini sebagai ‘yang paling masif sepanjang sejarah modern Israel’.

Dukungan Militer dan Keadaan Darurat Nasional
Presiden negara tersebut segera menyatakan keadaan darurat, memobilisasi Angkatan Pertahanan Israel (IDF) untuk menambah kekuatan pemadaman bersama petugas sipil. Pangkalan-pangkalan udara militer disiapkan sebagai markas bagi pesawat pemadam asing, mempercepat koordinasi logistik antarnegara.

Sorotan Publik Arab di Media Sosial
Wabak api di Israel juga memantik reaksi dari berbagai kalangan publik Arab, terutama di platform seperti Facebook, Telegram, dan Twitter. Beberapa pengguna mengekspresikan kepuasan yang terselubung, menilai kebakaran ini sebagai balasan atas operasi militer Israel di Gaza. Unggahan dengan nada sarkastis dan doa agar api ‘membersihkan’ wilayah itu beredar luas. Di sisi lain, terdapat pula suara-suara yang menyerukan empati kepada warga sipil tak berdosa dan mengingatkan bahaya ekstremitas dalam situasi krisis kemanusiaan.

“Semoga api mengingatkan semua pihak akan pentingnya menjunjung tinggi nyawa manusia,” tulis seorang netizen dari Yordania, menekankan bahwa bencana alam tidak memilih pihak.

Sementara itu, akun-akun yang pro-Palestina mengaitkan peristiwa ini dengan penderitaan rakyat Gaza, seraya mengecam kebijakan pembatasan akses air dan listrik di wilayah yang masih dilanda konflik.

Download dengan Timer

Pandangan Ahli dan Organisasi Internasional
Para ahli perubahan iklim menyoroti gelombang panas ekstrem dan angin kencang sebagai pemicu utama kebakaran. Data satelit menunjukkan suhu mencapai 45°C pada hari kejadian—angka yang jauh di atas rata-rata musim semi setempat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan potensi krisis inhalasi akibat asap tebal, terlebih bagi lansia dan anak-anak.

Pelajaran dan Langkah ke Depan
Kobaran api di Israel seharusnya menjadi sinyal bagi semua negara untuk memperkuat protokol kesiapsiagaan bencana hutan. Kerja sama internasional dalam pemadaman, seperti yang ditunjukkan oleh solidaritas negara-negara Eropa Timur dan Mediterania, bisa dijadikan contoh. Di sisi diplomasi, insiden ini membuka ruang dialog baru tentang pentingnya menjaga kemanusiaan di tengah konflik bersenjata.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama