Dalam dunia bisnis dan teknologi yang terus berkembang, keputusan seorang miliarder bisa memberikan inspirasi atau bahkan membuka cakrawala baru bagi masyarakat luas. Salah satunya adalah pemilik kekayaan mencapai Rp2.400 triliun ini, yang dikenal sebagai manusia terkaya di Indonesia, dan pernah mendirikan kerajaan teknologi terbesar di Asia Tenggara. Uniknya, jika diberi kesempatan kembali menjadi mahasiswa, ilmu yang ingin ia pelajari bukanlah manajemen bisnis atau ekonomi, melainkan bidang yang sangat relevan dengan zaman saat ini: kecerdasan buatan (AI) dan teknologi modern lainnya.
Tokoh tersebut adalah Forrest Li, pendiri sekaligus CEO Sea Group, induk perusahaan dari Shopee dan Garena. Dalam sebuah wawancara publik, Li mengungkapkan ketertarikannya terhadap perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan dan bidang ilmu komputer. Menurutnya, jika ia kembali mengenyam pendidikan di bangku kuliah, jurusan seperti sains komputer, AI, dan bidang teknologi digital lainnya akan menjadi pilihannya.
Pernyataan ini tentu bukan tanpa alasan. Ia menilai bahwa teknologi telah menjadi fondasi utama dalam pertumbuhan ekonomi global dan bisnis digital saat ini. Bahkan, transformasi digital yang masif telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, dari gaya hidup hingga pola konsumsi masyarakat.
"Kalau saya kembali ke universitas, saya akan memilih untuk belajar ilmu komputer dan AI. Ini adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan dan sangat relevan di masa depan," ungkap Li.
Pandangan Li juga memperlihatkan bagaimana pemimpin perusahaan teknologi berpikiran visioner. Ia tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, tetapi juga memperhatikan pentingnya pemahaman mendalam terhadap teknologi sebagai instrumen utama membangun masa depan. Bagi generasi muda, pesan ini bisa menjadi pengingat penting bahwa kesuksesan di masa depan tak hanya bergantung pada modal atau jaringan bisnis, tetapi juga pada penguasaan teknologi dan pengetahuan yang mendalam.
Lebih dari itu, Li juga menyoroti pentingnya untuk selalu belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Baginya, menjadi pembelajar seumur hidup merupakan kunci agar tetap relevan di tengah kemajuan dunia yang serba cepat.
Sikap rendah hati dan semangat belajar dari seorang miliarder seperti Li tentu menjadi inspirasi besar, terutama di tengah era digital yang menuntut kita semua untuk terus berinovasi dan tidak takut terhadap perubahan. Bagi banyak mahasiswa dan profesional muda, kisah ini seolah menjadi dorongan kuat untuk tidak hanya fokus pada gelar atau prestise, tetapi juga pada penguasaan keahlian yang nyata dan aplikatif.
Dengan kekayaan yang luar biasa, Forrest Li bisa saja memilih hidup santai dan nyaman. Namun, ia justru menunjukkan bahwa semangat belajar dan rasa ingin tahu tetap menjadi fondasi kuat untuk tumbuh dan berkembang. Maka tak heran, ia menjadi salah satu tokoh yang diperhitungkan tidak hanya di Asia, tetapi juga di kancah global.
Kisahnya menjadi pengingat: teknologi bukan hanya milik para insinyur atau teknisi. Siapa pun bisa dan perlu memahami serta menguasainya jika ingin bertahan dan sukses di masa depan.