Jakarta — Temuan mencengangkan kembali datang dari dunia ilmiah. Para peneliti genetika mengungkapkan bahwa sejarah evolusi manusia ternyata lebih kompleks dari yang selama ini diketahui. Tidak hanya berkembang secara mandiri, manusia modern ternyata sempat melakukan kawin campur dengan spesies manusia purba lainnya hingga tiga kali dalam periode berbeda!
Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh sekelompok ilmuwan internasional, ditemukan bukti kuat bahwa Homo sapiens—manusia modern—pernah melakukan perkawinan silang dengan spesies manusia lain seperti Neanderthal dan Denisovan. Yang lebih mengejutkan, hubungan ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi terjadi berulang kali dan bahkan pada wilayah geografis berbeda.
"Jejak genetik yang kami temukan menunjukkan adanya penyatuan antara Homo sapiens dengan spesies lain yang kini telah punah. Ini bukan sekadar percampuran satu kali, melainkan terjadi dalam beberapa gelombang dan melibatkan kelompok-kelompok manusia purba yang berbeda," ujar Dr. Karen Moreno, salah satu peneliti dari tim genetika evolusioner internasional tersebut.
Tiga Gelombang Kawin Campur
Penelitian ini mengidentifikasi setidaknya tiga peristiwa penting di mana Homo sapiens melakukan kawin campur dengan spesies manusia purba:
Pertama, saat Homo sapiens pertama kali meninggalkan Afrika sekitar 60.000 tahun lalu, mereka bertemu dan kawin campur dengan Neanderthal di kawasan Eropa dan Asia Barat.
Kedua, percampuran genetik kembali terjadi dengan Denisovan di kawasan Asia Timur dan Tenggara, bahkan menyisakan warisan DNA hingga saat ini di populasi masyarakat Papua dan Australia.
Ketiga, yang paling misterius, adalah kawin campur dengan spesies manusia purba yang belum diketahui namanya. Spesies ini hanya dikenali lewat potongan kecil DNA yang tidak cocok dengan Neanderthal maupun Denisovan, dan disebut sebagai 'ghost population' atau populasi hantu.
Dampak Kawin Campur pada Genetik Manusia Modern
Kehadiran DNA dari Neanderthal dan Denisovan ternyata masih bertahan dalam tubuh manusia masa kini. Bahkan beberapa variasi genetik yang diwariskan dari mereka dipercaya berperan penting dalam sistem imun dan respons tubuh terhadap penyakit. Misalnya, beberapa gen yang berkaitan dengan kekebalan terhadap virus tertentu diketahui berasal dari Neanderthal.
Namun demikian, tidak semua warisan genetik ini bersifat positif. Beberapa varian gen juga dikaitkan dengan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, depresi, dan gangguan imunitas lainnya.
Evolusi yang Tak Sederhana
Hasil riset ini semakin memperkuat pandangan bahwa evolusi manusia bukanlah proses linear yang bersih dan lurus, melainkan merupakan hasil dari proses silang, adaptasi, dan asimilasi antarspesies. Setiap kelompok manusia purba yang punah meninggalkan sebagian dari dirinya dalam tubuh kita saat ini.
"Kita adalah hasil dari sejarah biologis yang kompleks dan campur aduk. Dalam darah kita mengalir kisah pertemuan, persilangan, dan penyatuan lintas spesies yang membentuk siapa kita sekarang," tutur Dr. Moreno.
Satu hal yang pasti, kisah evolusi manusia kini semakin menarik dan penuh warna. Manusia modern bukan hanya pewaris satu garis keturunan, tetapi juga potret hasil dari penyatuan banyak leluhur yang berbeda.