Jakarta — Nama Low Taek Jho, atau lebih dikenal sebagai Jho Low, kembali jadi sorotan dunia internasional. Sosok yang sempat dikenal sebagai donatur film Hollywood "The Wolf of Wall Street" ini kini berada dalam pelarian panjang dan rumit. Ia disebut-sebut telah kabur ke China, memperumit upaya pelacakan dan ekstradisi yang dilakukan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Malaysia.
Jho Low adalah buronan utama dalam skandal mega-korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang mengguncang Malaysia dan menarik perhatian dunia sejak beberapa tahun lalu. Skandal ini melibatkan penggelapan dana lebih dari USD 4,5 miliar, dan Low dianggap sebagai otak di balik operasi pencucian uang global yang sangat kompleks.
Keterlibatannya dalam dunia hiburan semakin membuat kasus ini mencuri perhatian publik. Ia dikabarkan menjadi penyokong dana besar untuk film populer "The Wolf of Wall Street" yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio. Dana yang digunakan untuk membiayai film tersebut diduga kuat berasal dari hasil penggelapan dana 1MDB.
Baru-baru ini, laporan investigasi menyebutkan bahwa keberadaan Jho Low kemungkinan besar ada di China, sebuah negara yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Malaysia maupun Amerika Serikat. Hal ini membuat upaya pengejaran terhadapnya semakin rumit dan penuh tantangan. Beberapa sumber menyatakan bahwa Low telah menggunakan kekayaannya untuk membeli perlindungan dan hidup dengan identitas baru.
Pihak berwenang Malaysia maupun AS masih terus berusaha melacak keberadaan Jho Low. Namun, sejak 2018, keberadaan pasti Low nyaris tak terdeteksi secara resmi. Ia dilaporkan sempat berpindah-pindah lokasi, dari Thailand, Uni Emirat Arab, hingga akhirnya diduga menetap secara diam-diam di daratan China.
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, yang juga terseret dalam kasus ini, telah divonis bersalah atas sejumlah tuduhan korupsi terkait 1MDB. Namun, keberadaan Jho Low sebagai sosok kunci yang masih buron membuat penyelesaian kasus ini belum tuntas sepenuhnya.
Dalam pernyataan yang dirilis kuasa hukum Jho Low sebelumnya, ia membantah semua tuduhan dan menyebut dirinya sebagai kambing hitam dalam permainan politik tingkat tinggi. Meski demikian, sejumlah bukti aliran dana dan dokumen finansial menunjukkan adanya keterlibatan aktif dirinya dalam transaksi mencurigakan yang tersebar di berbagai negara, termasuk AS, Swiss, dan Singapura.
Kini, pertanyaan besar muncul: apakah dunia internasional mampu menghadirkan Jho Low ke pengadilan dan mengungkap seluruh jaringan di balik skandal finansial terbesar dalam sejarah Asia Tenggara ini? Ataukah ia akan terus menjadi simbol buron yang tak tersentuh di balik bayang-bayang kekuatan politik dan diplomatik antarnegara?