Dataran Tinggi Dieng yang berada di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, kembali mengalami fenomena embun es atau frost pada Sabtu dini hari, 19 Juli 2025. Fenomena alam yang dikenal oleh warga setempat dengan istilah "bun upas" ini kembali muncul seiring dengan turunnya suhu udara yang sangat ekstrem di wilayah tersebut.
Menurut laporan dari petugas pengamat cuaca di Pos Pengamatan BMKG Dieng, suhu udara tercatat menyentuh titik terendah hingga minus 1 derajat Celsius pada pukul 05.00 WIB. Penurunan suhu yang tajam ini menjadi penyebab terbentuknya embun yang langsung membeku ketika mengenai permukaan, seperti rumput, atap rumah, dan permukaan kendaraan.
Embun es terlihat menyelimuti berbagai area di dataran tinggi tersebut, termasuk ladang pertanian milik warga. Fenomena ini, meskipun terlihat indah dan memesona, sering kali membawa dampak merugikan bagi para petani. Tanaman hortikultura seperti kentang, kubis, dan wortel bisa mengalami kerusakan akibat lapisan es yang menutupi permukaan tanaman dan menghambat proses fotosintesis.
Warga dan wisatawan yang berada di kawasan Dieng pagi itu tampak antusias mengabadikan fenomena langka tersebut. Banyak dari mereka yang mengunggah foto dan video embun es ke media sosial, memperlihatkan panorama Dieng yang seolah-olah diselimuti salju. Namun demikian, suhu yang sangat rendah membuat aktivitas masyarakat sedikit terganggu, terutama di pagi hari.
Petugas BMKG menyebutkan bahwa fenomena embun es seperti ini biasanya terjadi pada musim kemarau, khususnya di bulan Juli hingga Agustus, ketika langit cenderung cerah pada malam hari dan minim awan. Tidak adanya awan menyebabkan panas yang diserap tanah pada siang hari langsung terlepas ke atmosfer saat malam, sehingga suhu permukaan turun drastis.
Selain menjadi perhatian para wisatawan, fenomena ini juga menjadi pengingat bagi para petani untuk lebih waspada dalam menjaga tanaman mereka dari kemungkinan kerusakan. Sebagian warga bahkan sudah mulai menggunakan penutup tanaman atau penghangat darurat untuk melindungi hasil panen mereka.
Pemerintah daerah diimbau untuk memberikan informasi cuaca secara berkala dan bantuan teknis kepada petani yang terdampak, mengingat suhu ekstrem semacam ini berpotensi merusak ketahanan pangan lokal.