Di tengah kekayaan hayati Indonesia yang melimpah, ada satu jenis daun yang kerap dianggap sepele oleh masyarakat lokal, namun justru menjadi incaran negara-negara maju seperti Jepang dan Belanda. Daun yang dimaksud adalah daun sisik naga—tanaman yang tumbuh liar dan seringkali tidak mendapat perhatian khusus di tanah air.
Tanaman sisik naga atau Pyrrosia piloselloides merupakan jenis paku-pakuan yang biasa menempel di batang pohon atau dinding tembok tua. Di Indonesia, tanaman ini lebih sering dianggap sebagai tanaman liar, bahkan kerap dicabut atau dibersihkan karena dinilai mengganggu estetika taman atau bangunan. Namun siapa sangka, di luar negeri daun ini memiliki nilai ekonomi dan kesehatan yang tinggi.
Menurut para pakar botani dan herbalis, daun sisik naga kaya akan senyawa bioaktif yang berpotensi untuk dijadikan obat herbal. Di Jepang, misalnya, daun ini dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional karena dipercaya mampu mengatasi masalah ginjal, menurunkan demam, hingga mempercepat penyembuhan luka. Sementara di Belanda, tanaman ini sedang diteliti lebih lanjut untuk potensi farmasi dan nutraceutical, mengingat kandungan flavonoid dan antioksidannya yang tinggi.
Permintaan pasar global terhadap tanaman herbal eksotis seperti sisik naga mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Negara-negara yang memiliki industri jamu dan pengobatan herbal maju, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman, terus mencari sumber bahan baku alami dari negara tropis seperti Indonesia. Sayangnya, karena kurangnya informasi dan pemanfaatan lokal, potensi ini belum dimaksimalkan oleh masyarakat dan petani dalam negeri.
Pakar pertanian dan akademisi menyebutkan bahwa pengembangan budidaya sisik naga di Indonesia sebenarnya sangat memungkinkan. Tanaman ini tidak memerlukan lahan luas karena bisa tumbuh di permukaan vertikal, serta minim perawatan. Bila dikelola dengan serius, bukan tidak mungkin daun sisik naga bisa menjadi komoditas ekspor unggulan yang menghasilkan devisa.
Melihat geliat pasar dunia terhadap tanaman herbal, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendominasi pasar jika mampu mengolah potensi seperti sisik naga secara profesional. Dengan pendekatan yang tepat, daun yang dulunya dipandang sebelah mata ini bisa menjelma menjadi "emas hijau" baru dari nusantara.