Jakarta – Dunia hiburan Indonesia kembali dikejutkan dengan kabar mengejutkan dari salah satu komedian ternama, Cak Lontong. Pria yang dikenal dengan gaya humornya yang cerdas dan kritis ini, baru saja resmi menjabat sebagai Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA). Penunjukan ini dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 29 April 2024 lalu. Cak Lontong, atau yang bernama asli Lies Hartono, kini masuk dalam jajaran elite perusahaan pelat merah yang mengelola kawasan wisata ikonik di Jakarta tersebut.
Langkah Cak Lontong ini bukanlah yang pertama dari kalangan selebriti yang terjun ke dunia korporasi, khususnya sebagai komisaris di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maupun BUMN. Beberapa tahun terakhir, semakin banyak artis yang menapaki karier di luar dunia hiburan, dengan menjajaki bidang-bidang strategis yang dulunya lebih banyak diisi oleh profesional dari kalangan akademisi atau pengusaha.
Sebelumnya, publik juga dikejutkan oleh penunjukan Dede Yusuf sebagai Komisaris Independen PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk pada tahun 2023. Mantan aktor laga yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat ini dikenal memiliki latar belakang politik yang kuat. Jejaknya di dunia pemerintahan dinilai menjadi nilai tambah yang membuatnya dipertimbangkan untuk posisi tersebut.
Selain itu, artis senior yang juga politisi, Eko Patrio, ikut menapaki jalur serupa. Ia pernah menduduki posisi sebagai Komisaris PT Jasa Marga Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan jalan tol. Kehadiran figur publik seperti mereka dinilai mampu memberikan perspektif baru dalam pengelolaan perusahaan, terutama dalam membangun citra dan komunikasi yang baik dengan publik.
Tak hanya dari kalangan pelawak dan aktor, dunia tarik suara pun menyumbang nama-nama besar yang menjabat sebagai komisaris. Sebut saja penyanyi dangdut legendaris Rhoma Irama yang pernah menjadi bagian dari dewan komisaris di salah satu perusahaan rekaman nasional. Meskipun tidak sebesar perusahaan infrastruktur, penunjukan tersebut tetap menyiratkan bahwa pengalaman dan pengaruh publik figur tetap dilirik sebagai aset strategis.
Penunjukan artis sebagai komisaris menuai beragam reaksi dari masyarakat. Ada yang memandangnya sebagai langkah positif untuk merangkul lebih banyak perspektif dalam pengambilan keputusan strategis, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan kapabilitas dan kompetensi mereka dalam dunia korporasi yang kompleks.
Namun, bila melihat rekam jejak dan sepak terjang Cak Lontong, keputusan ini bukan tanpa dasar. Ia dikenal sebagai sosok cerdas yang kerap menyisipkan kritik sosial dalam lawakan-lawakannya. Pendidikan teknik yang ia tempuh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, serta kemampuannya dalam berkomunikasi publik, menjadi modal berharga dalam mengemban tanggung jawab barunya.
Pengamat korporasi menyatakan bahwa kehadiran figur publik di jajaran komisaris memiliki potensi untuk memperkuat citra perusahaan, terutama dalam aspek hubungan masyarakat dan komunikasi eksternal. Namun, penting bagi para artis tersebut untuk juga memperdalam pemahaman mereka terhadap tata kelola perusahaan dan regulasi yang mengikat.
Menarik untuk ditunggu, sejauh mana para selebritas ini bisa membawa perubahan positif di dunia bisnis dan pemerintahan, dan apakah publik akan menerima pergeseran peran ini sebagai langkah progresif atau justru kontroversial.