Menguak Inovasi Canggih Ala Belanda yang Tangkal Ancaman Banjir di Kawasan PIK 2 Jakarta



        



Jakarta, kota metropolitan dengan pertumbuhan pesat, masih terus bergulat dengan ancaman banjir yang membayangi setiap musim hujan. Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, sebuah kawasan baru di utara ibu kota, yakni Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, muncul sebagai contoh kawasan yang berhasil menghadirkan solusi modern terhadap masalah klasik kota ini. Rahasianya? Adaptasi teknologi pengelolaan air dari Belanda yang terkenal piawai dalam mengatasi masalah banjir.

Belanda dikenal dunia sebagai negara dengan infrastruktur pengendalian air terbaik. Negara ini memiliki lebih dari separuh wilayahnya di bawah permukaan laut, namun mampu bertahan dari banjir berkat teknologi-teknologi mutakhir yang terus dikembangkan selama ratusan tahun. Kini, sebagian teknologi tersebut mulai diterapkan di Indonesia, tepatnya di kawasan PIK 2.

PIK 2, proyek hunian dan komersial yang dikembangkan oleh Agung Sedayu Group bersama Salim Group, memiliki ambisi besar untuk menjadi kawasan premium yang tidak hanya menarik dari segi estetika, tetapi juga tangguh dari sisi lingkungan. Kawasan ini berada di wilayah yang tergolong rawan banjir karena berada di tepi laut dan dekat dengan aliran sungai. Namun, justru di titik inilah mereka menghadirkan sistem perlindungan banjir yang terinspirasi dari konsep Belanda.

Salah satu teknologi kunci yang diterapkan adalah tanggul laut yang dikombinasikan dengan sistem kanal dan pintu air. Tanggul ini tidak hanya berfungsi sebagai penghalang air laut masuk ke daratan, tetapi juga menjadi bagian dari lanskap kawasan yang dirancang modern. Kanal-kanal di kawasan ini bekerja sebagai jalur drainase alami yang mengalirkan kelebihan air ke sungai atau laut secara terkontrol.

Lebih dari itu, sistem pengelolaan air di PIK 2 juga mengintegrasikan waduk-waduk buatan yang mampu menampung limpahan air hujan. Air yang tertampung kemudian dipompa keluar menggunakan sistem pompa air otomatis berbasis sensor. Sensor ini akan mendeteksi volume air dan mengaktifkan pompa secara otomatis saat batas tertentu tercapai. Ini mencegah genangan bahkan sebelum air meluap ke permukaan jalan.

Pengembang PIK 2 juga mengadopsi prinsip perencanaan tata kota yang mempertimbangkan perubahan iklim, dengan membangun infrastruktur yang fleksibel terhadap potensi kenaikan muka air laut. Hal ini menjadi penting mengingat prediksi ilmiah menyebutkan bahwa wilayah Jakarta akan menghadapi ancaman banjir yang semakin sering dan ekstrem dalam beberapa dekade mendatang.

Keberhasilan teknologi ini tidak terlepas dari kolaborasi antara pengembang dan para ahli infrastruktur air dari Belanda yang memberikan konsultasi dan supervisi dalam perancangan dan implementasi. Tidak hanya itu, sistem ini juga sudah melalui uji coba dan simulasi kondisi ekstrem untuk memastikan efektivitasnya.

Next dengan Timer

PIK 2 menjadi salah satu contoh konkret bagaimana teknologi dapat diadopsi untuk menciptakan kawasan yang lebih siap menghadapi bencana. Di tengah isu krisis iklim dan pesatnya urbanisasi, langkah seperti ini menjadi gambaran masa depan kota-kota besar di Indonesia. Jakarta, dan kota-kota pesisir lainnya, bisa banyak belajar dari pendekatan ini untuk menyusun kebijakan yang adaptif, inovatif, dan berkelanjutan.

Dengan hadirnya teknologi pengendalian banjir ala Belanda ini, kawasan PIK 2 menunjukkan bahwa ancaman banjir bukanlah hal yang mustahil untuk diatasi. Justru, dengan visi dan teknologi yang tepat, tantangan tersebut bisa diubah menjadi peluang untuk menciptakan kota yang lebih tangguh dan layak huni.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama