Harga Cabai Merah di Sumut Terjun Bebas Selama Dua Bulan, Petani Menjerit


 

Sumatera Utara tengah menghadapi fenomena anjloknya harga cabai merah yang berlangsung selama dua bulan terakhir. Kondisi ini membuat para petani cabai mulai kelimpungan karena harga jual tak sebanding dengan biaya produksi. Dalam pantauan terbaru di sejumlah pasar tradisional wilayah Sumut, harga cabai merah menyentuh titik terendah di angka Rp 18 ribu per kilogram.

Sejumlah pedagang dan petani mengungkapkan bahwa penurunan harga ini sudah terjadi sejak akhir April dan terus merosot hingga pertengahan Juni 2025. Di awal penurunan, harga masih berada di kisaran Rp 30-35 ribu per kilogram. Namun seiring membanjirnya pasokan dari berbagai daerah dan menurunnya daya beli masyarakat, harga pun kian tak terkendali.

Nurhalimah, seorang pedagang di pasar tradisional Medan, menyebut bahwa saat ini pasokan cabai merah berlimpah. "Banyak pasokan dari daerah penghasil seperti Karo, Dairi, dan Simalungun. Tapi pembelinya menurun, jadi harga juga ikut turun drastis," ungkapnya.

Sementara itu, para petani mengeluhkan rendahnya harga cabai yang membuat mereka rugi besar. Herman, petani cabai dari Kabupaten Karo, mengaku hasil panennya tahun ini tak membawa keuntungan. "Harga pupuk naik, tenaga kerja juga mahal. Tapi cabai kami dihargai murah, kami benar-benar bingung harus bagaimana," keluhnya.

Penurunan harga cabai ini bukan hanya berdampak pada pendapatan petani, tetapi juga membuat banyak dari mereka mempertimbangkan untuk berhenti menanam cabai di musim berikutnya. Beberapa bahkan mulai beralih ke komoditas lain yang dinilai lebih stabil secara ekonomi seperti kentang, kol, atau tomat.

Pakar pertanian dari Universitas Sumatera Utara, Dr. Suryani Harahap, menjelaskan bahwa fluktuasi harga komoditas hortikultura seperti cabai memang sulit dikendalikan tanpa adanya regulasi yang jelas. "Diperlukan intervensi dari pemerintah daerah dalam bentuk kebijakan penyangga harga, serta memperkuat jalur distribusi agar harga bisa lebih stabil," jelasnya.

Di sisi lain, Dinas Pertanian Sumut menyatakan sedang menyusun langkah strategis untuk membantu para petani terdampak. Salah satu upayanya adalah memperluas akses pasar bagi petani lokal dan menjalin kerja sama dengan pelaku industri kuliner dan pangan olahan.

Download dengan Timer

Situasi ini menjadi alarm bagi semua pihak bahwa ketahanan pangan tidak hanya soal ketersediaan, tetapi juga kestabilan harga di tingkat produsen. Jika harga terus jatuh tanpa solusi jangka panjang, maka dikhawatirkan banyak petani akan meninggalkan sektor ini dan memicu krisis pasokan di masa depan.

Dengan turunnya harga cabai merah hingga Rp 18 ribu per kilogram, masyarakat memang diuntungkan sebagai konsumen. Namun di sisi lain, penderitaan petani menjadi pengorbanan yang tak terlihat. Diperlukan sinergi antara pemerintah, petani, dan pelaku usaha untuk menjaga keberlangsungan sektor pertanian di Sumut.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama