Jakarta, 24 Juni 2025 – Pada awal tahun ini, Indonesia mencatat kenaikan jumlah pengangguran yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, jumlah penduduk usia kerja yang belum terserap mencapai 7,28 juta orang, setara dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,76% dari total angkatan kerja (idnfinancials.com). Dibandingkan periode sama tahun lalu, angka tersebut melonjak 83.450 orang atau sekitar 1,11%, menyusul masuknya 3,59 juta orang baru ke bursa kerja yang belum sepenuhnya terserap oleh pasar (finance.detik.com).
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja musim ini jauh lebih cepat dibanding kemampuan pasar memfasilitasi penyerapan tenaga kerja. "Jumlah penduduk usia kerja bertambah banyak, tetapi belum semuanya mendapatkan pekerjaan formal yang layak," ujarnya pada konferensi pers Senin lalu (idnfinancials.com). Hal ini juga tercermin pada meningkatnya proporsi pekerja informal, dari 59,17% menjadi 59,40% dalam setahun terakhir.
Peluang Global: 10 Negara dengan Akses Lapangan Kerja Terbaik
Di tengah tantangan di dalam negeri, sejumlah negara justru mencatat reputasi unggul dalam menyediakan kesempatan kerja. Survei EduOpinions terhadap 25.288 mahasiswa dari berbagai universitas dunia (2017–2023) menilai pengalaman mereka dalam mencari kerja di negara tujuan. Berikut 10 negara dengan prospek karier paling banyak menurut penelitian tersebut (acehonline.co):
Swiss (Skor 4,49/5)
Dikenal sebagai pusat bisnis Eropa, rumah bagi perusahaan seperti Nestlé, Novartis, dan Zurich Insurance Group. Profesi yang paling dibutuhkan bergeser antara pengembang perangkat lunak, konsultan penjualan, hingga ahli logistik.Amerika Serikat (Skor 4,34/5)
Kota-kota besar seperti New York dan Silicon Valley menawarkan pekerjaan di teknologi, keuangan, media, dan seni.Irlandia (Skor 4,29/5)
Dublin dan Cork menjadi basis perusahaan teknologi dan keuangan global seperti Google, Facebook, PayPal, dan Pfizer.Denmark (Skor 4,29/5)
Kopenhagen menjadi markas bagi Sony, Coca‑Cola, Maersk, dan Novo Nordisk, didukung sektor energi dan transportasi yang kuat.Belgia (Skor 4,28/5)
Brussel pusat kebijakan Uni Eropa dan NATO; Antwerpen menjadi hub energi ramah lingkungan, sementara Bruges berkembang di logistik.Australia (Skor 4,26/5)
Pasar kerja di Melbourne, Sydney, dan Brisbane membuka peluang di keuangan, teknologi, fintech, dan ilmu hayati.Prancis (Skor 4,22/5)
Paris, Lille, dan Rouen mendukung sektor energi, ritel, manufaktur, serta perusahaan seperti Ubisoft dan Accor.Inggris (Skor 4,19/5)
Dari London hingga Edinburgh, peluang tumbuh di teknologi, keuangan, konstruksi, dan layanan profesional.Polandia (Skor 4,17/5)
Industri makanan, mesin, dan kimia berkembang, dengan kehadiran Google, IBM, dan Pfizer di lembaga R&D.Jerman (Skor 4,13/5)
Rumah bagi Mercedes‑Benz, Allianz, BASF, dan Bayer; 80 perusahaan Jerman masuk Fortune 500 Eropa.
Meningkatnya angka pengangguran di Indonesia menjadi alarm bagi para pemangku kebijakan untuk memperkuat penyerapan tenaga kerja, khususnya menciptakan lapangan kerja formal yang ramah bagi lulusan baru dan sektor produktif. Sementara itu, gambaran global menunjukan bahwa negara-negara dengan iklim bisnis stabil, dukungan infrastruktur, dan kebijakan imigrasi terbuka, mampu menawarkan beragam kesempatan karier. Pelajaran dari mereka dapat menjadi contoh bagi Indonesia dalam merancang strategi jangka panjang agar setiap warga negara dapat menikmati akses lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan.