Jakarta, 6 April 2025 — Hujan deras yang mengguyur Ibu Kota sejak Sabtu siang hingga malam hari kembali menimbulkan genangan air di berbagai wilayah. Curah hujan yang tinggi selama beberapa jam menyebabkan sejumlah kawasan di Jakarta tergenang, mulai dari permukiman padat penduduk hingga ruas jalan protokol yang vital bagi mobilitas warga.
Bencana ini seolah menjadi pengingat bahwa persoalan banjir di Jakarta masih menjadi pekerjaan rumah besar yang belum juga tuntas. Meski sudah banyak upaya mitigasi dilakukan, namun tampaknya infrastruktur kota belum mampu mengimbangi curah hujan ekstrem yang kini kian sering terjadi akibat perubahan iklim.
Hujan Deras dan Genangan di Sejumlah Wilayah
Menurut laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, setidaknya ada lebih dari selusin titik yang terendam air dengan ketinggian bervariasi. Wilayah Jakarta Selatan menjadi salah satu yang paling terdampak. Di kawasan Cilandak Timur, tercatat dua RT tergenang dengan air mencapai setinggi lutut orang dewasa, atau sekitar 80 cm.
Sementara itu, wilayah Jakarta Utara juga tak luput dari genangan. Di Jl. Pluit Dalam, air menggenang hingga setinggi 25 cm, cukup untuk membuat kendaraan roda dua sulit melintas. Kondisi serupa juga terjadi di Jl. Mangga, Tugu Utara, dan Jl. Yos Sudarso Raya di daerah Sungai Bambu.
Di sisi barat kota, genangan terpantau di Jl. Kamal Raya (Cengkareng Barat) dan Jl. Green Garden (Kedoya Utara), dengan ketinggian air berkisar 20–25 cm. Meskipun tidak setinggi di wilayah selatan, namun tetap mengganggu lalu lintas dan aktivitas warga sekitar.
Jakarta Pusat juga terdampak, terutama di Jl. KH Hasyim Ashari, kawasan padat lalu lintas yang menjadi salah satu akses utama di pusat kota. Genangan di titik ini mencapai 30 cm, memaksa kendaraan untuk berjalan perlahan atau bahkan memutar balik.
Upaya Cepat dari Pemerintah
Tim reaksi cepat dari BPBD DKI bersama dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Bina Marga, serta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), langsung diterjunkan ke lapangan. Sejumlah pompa air diaktifkan untuk mempercepat penyedotan air dari jalan dan permukiman.
Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, mengungkapkan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan situasi dan berupaya agar genangan tidak bertahan lama. “Kami lakukan penyedotan secara intensif, terutama di titik-titik yang memiliki kontur rendah,” ujarnya.
Meski beberapa titik sudah mulai surut pada malam hari, namun masih ada daerah yang belum sepenuhnya bebas dari genangan hingga keesokan harinya.
Warga Diminta Tetap Waspada
Dengan prediksi cuaca dari BMKG yang menyebutkan potensi hujan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan, warga Jakarta diimbau untuk tetap siaga. BPBD mengingatkan masyarakat untuk tidak memaksakan diri berkendara di wilayah yang tergenang dan segera menghubungi layanan darurat 112 jika terjadi situasi membahayakan.
Pihak berwenang juga mengimbau warga untuk membersihkan saluran air di sekitar rumah masing-masing agar aliran air tidak tersumbat. Sampah yang menumpuk di saluran menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi banjir.
Mengapa Banjir Masih Terjadi?
Meski program normalisasi sungai dan pembangunan kolam retensi terus berjalan, banjir masih menjadi momok bagi Jakarta. Banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari penyempitan saluran air, pembangunan yang tidak terkendali, hingga drainase yang belum optimal.
Belum lagi faktor alam seperti curah hujan ekstrem dan perubahan iklim global yang menyebabkan cuaca sulit diprediksi. Hal ini menuntut langkah-langkah yang lebih agresif dan terintegrasi, termasuk dalam tata kelola ruang kota dan kesadaran masyarakat.
Kesimpulan: Harapan untuk Kota yang Lebih Tangguh
Banjir yang kembali melumpuhkan beberapa bagian Jakarta ini menjadi peringatan nyata bahwa tantangan masih besar di depan mata. Perlu kolaborasi serius antara pemerintah, dunia usaha, dan warga kota untuk membangun Jakarta yang lebih tangguh terhadap bencana, terutama banjir yang sudah menjadi langganan tahunan.
Tanpa perubahan sistemik dan partisipasi aktif semua pihak, bukan tidak mungkin kisah serupa akan terus terulang. Sementara itu, warga hanya bisa berharap hujan berikutnya tak kembali mengubah jalan-jalan kota menjadi sungai dadakan.