Ketar-Ketir di Dunia Metaverse, Mark Zuckerberg Harus Merelakan Rp130 Triliun Melayang



CEO Meta, Mark Zuckerberg, kembali menjadi sorotan setelah raksasa teknologi yang dipimpinnya mencatat kerugian fantastis dari proyek ambisius mereka di bidang realitas virtual. Meta Platforms Inc. dilaporkan telah kehilangan sekitar USD 8,5 miliar atau setara Rp130 triliun hanya dalam enam bulan pertama tahun 2025 dari unit Reality Labs—divisi yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi metaverse.

Realitas ini mencuat ke permukaan setelah Meta merilis laporan keuangan kuartal kedua 2025. Meskipun pendapatan keseluruhan perusahaan masih tumbuh 27% menjadi USD 36,5 miliar dan laba bersih naik 39% menjadi USD 11,6 miliar, namun unit Reality Labs tetap membebani performa perusahaan secara keseluruhan.

Reality Labs, yang sejak awal didirikan sebagai motor penggerak proyek dunia virtual Zuckerberg, justru menampilkan grafik merah konsisten sejak tahun 2020. Pada 2024 saja, unit ini mencatatkan kerugian tahunan sebesar USD 16 miliar, dan kini di 2025 tren itu belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Zuckerberg tetap bersikeras bahwa metaverse adalah masa depan interaksi digital dan siap bertaruh besar demi merealisasikan visinya. Sayangnya, kenyataan menunjukkan bahwa langkah ini belum membuahkan hasil sebanding, baik dari sisi teknologi maupun finansial. Padahal, Meta juga tengah bersaing ketat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) melawan perusahaan besar lain seperti Google dan Microsoft.

Beberapa analis menilai bahwa fokus Meta terhadap metaverse justru membuatnya tertinggal dalam perlombaan AI. Investasi besar yang tak kunjung balik modal menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Banyak yang mulai mempertanyakan arah strategi Meta di tengah cepatnya perubahan lanskap teknologi global.

Next dengan Timer

Meski begitu, Zuckerberg tetap tampil optimis. Dalam berbagai pernyataan publik, ia menekankan bahwa pengembangan metaverse memang butuh waktu dan kesabaran. Ia juga menyebut bahwa banyak teknologi besar di masa lalu, seperti komputer dan smartphone, membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya mencapai titik sukses.

Namun, tidak semua pihak sejalan dengan optimisme sang CEO. Beberapa pemegang saham mulai mendesak agar Meta meninjau kembali alokasi anggaran untuk Reality Labs, bahkan tak sedikit yang menyarankan penghentian sementara proyek metaverse demi memfokuskan energi pada sektor yang lebih menjanjikan, seperti AI dan layanan periklanan digital.

Kini, Zuckerberg berada di persimpangan sulit. Antara mempertahankan mimpinya membangun dunia digital masa depan atau mengikuti desakan pasar untuk beradaptasi lebih cepat terhadap tren yang sedang berkembang. Yang jelas, langkah ke depan Meta akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinan dan visi jangka panjang sang pendirinya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama