Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah kembali memanas. Aroma konflik terbuka semakin kentara setelah Suriah menyatakan sikap keras terhadap serangan militer Israel yang baru-baru ini menggempur wilayah selatan negara tersebut. Pemerintah Damaskus tak tinggal diam. Melalui juru bicara militernya, Suriah menyampaikan bahwa pasukan pertahanan mereka telah berada dalam status siaga penuh dan siap membalas setiap bentuk agresi.
Serangan udara yang dilancarkan Israel diyakini menyasar titik-titik strategis militer Suriah di kawasan Daraa, yang terletak tak jauh dari perbatasan dengan Yordania dan Israel. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara Suriah sempat berusaha menghalau rudal-rudal yang ditembakkan, namun sejumlah target penting tetap terkena dampaknya.
Kementerian Pertahanan Suriah menyebut bahwa serangan tersebut tidak hanya melukai prajurit mereka, tetapi juga merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negara. "Kami tidak akan membiarkan tindakan semena-mena ini berlalu tanpa tanggapan. Semua unit militer telah diperintahkan untuk meningkatkan kesiapan dan memonitor pergerakan musuh dengan ketat," demikian pernyataan resmi yang dirilis pemerintah.
Sementara itu, dari pihak Israel belum ada pernyataan terbuka yang membenarkan ataupun menyangkal keterlibatan mereka dalam operasi militer tersebut. Namun, para analis militer meyakini bahwa tindakan itu bagian dari strategi Israel untuk menekan keberadaan pasukan pro-Iran di wilayah Suriah, terutama kelompok Hizbullah yang dianggap sebagai ancaman utama oleh Tel Aviv.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel memang kerap melakukan serangan diam-diam ke wilayah Suriah, dengan dalih untuk menggagalkan pengiriman senjata ke Hizbullah dan mengurangi pengaruh Iran. Namun, intensitas serangan yang meningkat belakangan ini mengindikasikan adanya eskalasi serius yang bisa menggiring kawasan ke arah konflik regional yang lebih luas.
Para pengamat menilai, jika ketegangan ini tak segera diredakan melalui jalur diplomasi, bukan tidak mungkin konflik antara Suriah dan Israel akan meluas ke negara-negara tetangga. Dengan situasi regional yang sudah rapuh akibat perang saudara berkepanjangan dan berbagai krisis kemanusiaan, tambahan konflik bersenjata jelas akan memperburuk keadaan.
Kondisi ini menjadi alarm keras bagi komunitas internasional untuk tidak memandang remeh eskalasi di kawasan ini. Ketika dua negara yang memiliki sejarah panjang konflik kembali saling unjuk kekuatan, maka perdamaian regional pun terancam runtuh dalam hitungan hari. Kini, dunia menanti: apakah diplomasi akan menang, atau senjata yang kembali bicara?