Bandung — Insiden yang mengejutkan terjadi di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Bandung, Jawa Barat, saat ratusan siswa mengalami gejala keracunan massal setelah menyantap makanan dari program makan bergizi gratis yang diselenggarakan oleh pihak sekolah bekerja sama dengan pemerintah setempat.
Kejadian tersebut dilaporkan terjadi pada Rabu (1/5) pagi, sesaat setelah para siswa menyantap makanan yang disediakan dalam program makan siang bergizi. Tak lama setelah makan, sejumlah siswa mengeluhkan rasa mual, pusing, dan sakit perut yang intens. Beberapa dari mereka bahkan dilaporkan mengalami muntah dan diare secara bersamaan.
Menurut keterangan yang dihimpun dari pihak sekolah dan petugas medis, total ada lebih dari 170 siswa yang menunjukkan gejala serupa. Mereka segera mendapatkan penanganan medis darurat, baik di puskesmas terdekat maupun dirujuk ke beberapa rumah sakit di kawasan Bandung. Tim medis berjaga-jaga untuk memastikan para siswa mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
"Anak saya sampai muntah berkali-kali di sekolah dan harus dibawa ke rumah sakit. Kami sebagai orang tua sangat khawatir," ujar salah satu wali murid dengan nada cemas saat diwawancarai di halaman sekolah.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Bandung telah menurunkan tim untuk menyelidiki dugaan keracunan massal ini. Sampel makanan yang disajikan kepada para siswa sudah dikumpulkan untuk diuji di laboratorium. Dugaan sementara mengarah pada kemungkinan kontaminasi bakteri atau bahan makanan yang tidak layak konsumsi.
"Kami masih melakukan investigasi menyeluruh. Hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan akan segera kami umumkan agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi," ungkap seorang pejabat dari Dinkes Kota Bandung.
Program makan gratis yang menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kecukupan gizi dan semangat belajar siswa ini sebelumnya berjalan lancar di sejumlah sekolah. Namun, insiden kali ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai prosedur pengawasan dan higienitas makanan yang disediakan.
Kepala sekolah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program tersebut menyampaikan permintaan maaf kepada para orang tua dan masyarakat atas kejadian yang terjadi. Ia berjanji akan memperketat pengawasan dalam setiap tahapan penyajian makanan ke depannya.
"Ini merupakan pelajaran besar bagi kami semua. Keselamatan dan kesehatan siswa adalah prioritas utama kami," ujar sang kepala sekolah dalam konferensi pers terbatas.
Di sisi lain, sejumlah orang tua siswa mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap rekanan penyedia katering dan standar prosedur yang digunakan. Mereka menilai perlu adanya transparansi dan pelibatan masyarakat dalam proses pengawasan kualitas makanan.
Sampai berita ini diturunkan, sebagian besar siswa yang sebelumnya sempat dirawat dilaporkan mulai membaik kondisinya dan telah diperbolehkan pulang. Namun, trauma yang dirasakan oleh para siswa dan orang tua mereka tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kejadian ini menjadi alarm keras bagi semua pihak, bahwa program sebaik apapun tidak akan maksimal tanpa adanya pengawasan yang ketat dan sistem pengendalian mutu yang benar-benar dijalankan.
Masyarakat pun berharap kejadian ini menjadi momen refleksi kolektif untuk memastikan bahwa setiap program kebaikan yang ditujukan untuk anak-anak bangsa benar-benar aman dan membawa manfaat, bukan malah menciptakan ancaman baru bagi kesehatan mereka.