Pramono Anung Siapkan Langkah Serius untuk Bersihkan Jakarta dari Parkir Liar dan Kemacetan Kronis


 

Jakarta—Setiap hari, jalanan Jakarta selalu menghadirkan pemandangan yang sama: mobil terparkir sembarangan di pinggir jalan, kemacetan parah di jam sibuk, dan pejalan kaki yang harus mengambil risiko berjalan di aspal karena trotoar dipenuhi kendaraan. Masalah ini sudah seperti benang kusut yang sulit diurai. Namun, Pramono Anung—yang kini menjadi salah satu kandidat kuat dalam bursa calon Gubernur DKI Jakarta—menawarkan pendekatan baru yang menarik perhatian banyak pihak.

Pramono secara terbuka menyampaikan bahwa salah satu fokus utama yang akan ia garap bila dipercaya memimpin Jakarta adalah soal penataan parkir liar yang selama ini menjadi biang kerok kemacetan di banyak titik krusial ibu kota. Baginya, solusi masalah ini tidak bisa lagi setengah hati—harus menyentuh akar persoalan dan ditangani dengan pendekatan sistematis.

Bangun Fasilitas Parkir Modern di Lokasi Rawan Macet

Salah satu ide utama yang diusung Pramono adalah membangun gedung parkir bertingkat di wilayah-wilayah strategis yang selama ini terkenal dengan kemacetan akut akibat kendaraan yang parkir semrawut. Sebut saja kawasan Senopati dan Gunawarman di Jakarta Selatan—dua daerah yang punya banyak restoran, kafe, dan perkantoran, tetapi minim lahan parkir yang layak.

Pramono mengatakan bahwa Pemprov DKI bisa memanfaatkan aset yang sudah ada, seperti lahan milik BUMD maupun aset daerah yang tak terpakai, untuk dijadikan lokasi pembangunan gedung parkir. Ia bahkan mengusulkan sistem parkir valet di gedung-gedung tersebut agar pengguna kendaraan tidak repot dan laju lalu lintas tetap terjaga lancar.

Konsep "Ride and Park" ala Kota Maju

Tak hanya itu, ia juga membawa wacana yang tergolong segar: membangun area parkir khusus di dekat permukiman warga dengan sistem ride and park. Konsepnya sederhana tapi efektif—warga bisa memarkir kendaraan pribadinya di area yang disediakan, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan moda transportasi umum seperti MRT, LRT, atau TransJakarta.

Ini adalah bentuk integrasi antara kendaraan pribadi dan transportasi massal, yang selama ini masih belum sepenuhnya terjalin di Jakarta. Tujuannya bukan hanya mengurangi kemacetan, tapi juga mengurangi emisi karbon dan memperbaiki kualitas udara Jakarta.

Digitalisasi Sistem Parkir untuk Lawan Premanisme

Satu hal penting yang juga jadi perhatian Pramono adalah praktik pungli dan premanisme yang kerap terjadi dalam urusan parkir. Menurutnya, selama parkir masih ditangani secara manual dan tidak ada sistem yang transparan, maka ruang bagi penyalahgunaan akan selalu terbuka.

Untuk itu, ia mengusulkan digitalisasi total dalam sistem parkir—dari pembayaran hingga pengawasan. Nantinya, warga bisa membayar parkir secara elektronik melalui aplikasi atau QR code. Selain memudahkan warga, ini juga akan mempersempit ruang gerak oknum yang selama ini mencari keuntungan dari parkir liar.

Penegakan Hukum Tak Bisa Ditawar

Tentu saja, semua ide dan rencana tak akan berjalan tanpa dukungan aturan dan penegakan hukum yang tegas. Pramono menyatakan bahwa jika terpilih, ia akan menggandeng aparat keamanan serta dinas terkait untuk melakukan penertiban secara rutin dan menyeluruh. Ia menegaskan bahwa tidak akan ada toleransi bagi parkir liar, apalagi yang dikendalikan oleh kelompok tertentu yang sudah lama "bermain" di sektor ini.

Menurutnya, Jakarta sebagai kota besar harus mulai berani melakukan lompatan. Jika Singapura dan Tokyo bisa tertib dalam urusan parkir, mengapa Jakarta tidak?

Kolaborasi dengan Pemerintah Pusat dan Kawasan Penyangga

Yang menarik, Pramono tidak hanya ingin menyelesaikan masalah di dalam batas administratif Jakarta saja. Ia menyadari bahwa lalu lintas Jakarta tidak bisa dilepaskan dari pergerakan masyarakat dari dan ke kota-kota penyangga seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang.

Oleh karena itu, ia menyebut pentingnya kolaborasi lintas wilayah dan sinergi dengan pemerintah pusat. Infrastruktur transportasi massal seperti kereta cepat, MRT antar-kota, dan koneksi feeder juga harus diperkuat agar Jakarta tidak selalu menjadi titik tumpu beban.

Harapan Baru bagi Kota yang Lebih Tertib

Dari sekian banyak gagasan yang dilemparkan para kandidat kepala daerah, pendekatan Pramono Anung dalam mengatasi parkir liar dan kemacetan Jakarta ini memang terdengar lebih komprehensif. Ia tidak hanya menawarkan solusi tambal sulam, tapi benar-benar ingin membangun sistem yang berkelanjutan.

Jika seluruh program tersebut bisa terealisasi, bukan tak mungkin kita akan melihat wajah Jakarta yang jauh lebih tertib, ramah bagi pejalan kaki, dan tentu saja lebih nyaman bagi semua kalangan.

Next dengan Timer

Kini, tinggal bagaimana masyarakat menilai dan memutuskan, apakah Jakarta siap dipimpin oleh sosok yang tak hanya berani bermimpi besar, tapi juga punya peta jalan yang jelas untuk mewujudkannya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama