Kondisi ekonomi global yang fluktuatif tampaknya tak menyurutkan laju pertumbuhan kekayaan para konglomerat Rusia. Berdasarkan data terbaru dari Bloomberg Billionaires Index, nilai kekayaan para miliarder Rusia mengalami lonjakan yang luar biasa sepanjang paruh pertama tahun 2025. Tercatat, dalam enam bulan pertama tahun ini, harta kolektif mereka bertambah sebesar US$243 miliar atau setara dengan Rp3.918 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.125 per dolar AS).
Peningkatan drastis ini menjadikan 25 orang terkaya asal Rusia semakin mendominasi dalam daftar elite global, di tengah sorotan atas konflik geopolitik yang melibatkan negara tersebut. Kendati Rusia masih menghadapi sanksi internasional dan ketegangan politik akibat konflik Ukraina, geliat sektor energi dan komoditas yang menjadi tulang punggung perekonomian mereka justru membawa berkah besar bagi para taipan lokal.
Puncak Kekayaan Dipegang Taipan Baja dan Energi
Di antara jajaran miliarder tersebut, nama Alexey Mordashov, pemilik kerajaan industri baja Severstal, muncul sebagai yang paling tajir. Mordashov mencatatkan kenaikan kekayaan sebesar US$6,87 miliar (Rp110 triliun) hanya dalam semester pertama tahun ini, menjadikannya sebagai orang terkaya di Rusia dengan total kekayaan mencapai US$23,3 miliar (sekitar Rp375 triliun).
Selain Mordashov, taipan energi lainnya juga mencatatkan lonjakan kekayaan signifikan. Vladimir Potanin, bos perusahaan nikel Norilsk Nickel, serta Leonid Mikhelson dari perusahaan gas alam Novatek, termasuk dalam daftar nama yang kekayaannya ikut melonjak drastis.
Dampak Perang dan Sanksi yang Tak Membendung Kapital
Meningkatnya kekayaan para miliarder Rusia ini menjadi paradoks tersendiri. Di saat negara mereka menjadi target berbagai sanksi ekonomi dari negara-negara Barat, justru aset-aset pribadi para taipan ini berkembang pesat. Hal ini didorong oleh lonjakan harga komoditas global, terutama energi seperti minyak dan gas, yang merupakan sektor utama bagi pundi-pundi kekayaan mereka.
Analis pasar menilai bahwa kendati aset luar negeri milik sejumlah miliarder Rusia dibekukan, sebagian besar kekayaan mereka masih sangat kuat di dalam negeri, terutama lewat perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi secara domestik dan ekspor ke negara-negara Asia.
Pergeseran Arah Investasi dan Konsolidasi Aset
Akibat tekanan global, banyak dari mereka yang kini mengalihkan arah investasinya ke dalam negeri atau ke wilayah yang lebih bersahabat secara politik, seperti China, Uni Emirat Arab, atau negara-negara Asia Tengah. Di saat yang sama, proses konsolidasi aset dan efisiensi bisnis terus dilakukan, membuat nilai saham perusahaan-perusahaan milik para miliarder tersebut melambung tinggi.
Dengan tren seperti ini, tak menutup kemungkinan jika total kekayaan kolektif para konglomerat Rusia akan terus bertambah hingga akhir tahun, apalagi jika harga komoditas energi tetap tinggi dan pasar ekspor mereka terus berkembang ke arah Timur.