Dalam beberapa tahun terakhir, pasar ponsel di Indonesia mengalami perubahan besar. Salah satu perubahan mencolok adalah anjloknya penjualan ponsel merek China, seperti Oppo dan Vivo, yang sebelumnya merajai pasar smartphone Tanah Air. Kini, pangsa pasar mereka merosot tajam, dan banyak pihak bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?
Menurut data terbaru dari firma riset teknologi Counterpoint Research, pangsa pasar Oppo di Indonesia pada kuartal I 2024 hanya mencapai 10%, jauh menurun dibandingkan posisi mereka pada 2020 yang pernah menguasai hampir seperempat pasar nasional. Vivo pun bernasib serupa, dengan penurunan signifikan dalam jumlah unit terjual selama beberapa tahun terakhir.
Salah satu alasan utama penurunan ini adalah perubahan strategi produsen China dalam menghadapi kondisi pasar global. Banyak vendor asal Negeri Tirai Bambu tersebut kini mengalihkan fokus mereka dari pasar Asia Tenggara ke wilayah lain yang lebih menjanjikan, seperti Eropa Timur, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Wilayah-wilayah tersebut dianggap memiliki potensi pertumbuhan lebih besar dan kompetisi yang tidak seketat Asia Tenggara.
Namun, di sisi lain, faktor lokal juga sangat berpengaruh. Konsumen Indonesia kini lebih selektif dalam memilih ponsel. Merek-merek seperti Samsung dan Apple tetap kuat karena memiliki reputasi tinggi dalam hal kualitas dan inovasi. Sementara merek-merek baru seperti Infinix dan Tecno berhasil menarik perhatian pasar entry-level dengan harga terjangkau namun fitur bersaing.
Tak hanya itu, perubahan preferensi konsumen juga berdampak besar. Masyarakat kini lebih sadar akan pentingnya dukungan pembaruan perangkat lunak, keamanan data, serta layanan purna jual. Sayangnya, beberapa merek China dianggap kurang optimal dalam memberikan jaminan di aspek-aspek tersebut.
Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin merek-merek ponsel asal China yang dulunya berjaya, akan tergeser sepenuhnya oleh pesaing baru yang lebih adaptif dan memahami pasar Indonesia dengan lebih baik.