Ketidakpastian Global Memicu Orang Kaya Indonesia Berburu Emas dan Properti, Ini Alasannya


 

Jakarta – Ketidakpastian ekonomi global yang kian memanas mendorong para miliuner Indonesia mengambil langkah protektif dengan beralih ke aset-aset bernilai tahan lama seperti emas dan properti. Fenomena ini menjadi sorotan dalam laporan terbaru dari Knight Frank bertajuk "The Wealth Report 2024" yang mengungkap tren investasi kalangan ultra kaya (UHNWI) di tengah dunia yang semakin tidak menentu.

Menurut laporan tersebut, Indonesia mencatat lonjakan minat yang signifikan terhadap aset fisik. Sekitar 34% dari kalangan orang super kaya di Tanah Air dilaporkan sedang aktif membeli emas, sementara sekitar 27% lainnya memilih menanamkan uang mereka ke properti, baik di dalam maupun luar negeri. Fenomena ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran mereka akan pelemahan nilai mata uang, inflasi, hingga risiko geopolitik global.

Liam Bailey, Global Head of Research di Knight Frank, menuturkan bahwa aset berwujud seperti logam mulia dan real estate kini menjadi jangkar stabilitas bagi para investor kelas atas. Mereka mengalihkan fokus dari pasar saham dan obligasi yang dianggap terlalu fluktuatif, menuju bentuk investasi yang lebih tangible dan cenderung aman dalam jangka panjang.

“Emas dan properti menjadi simbol ketahanan. Dalam kondisi dunia yang serba tidak pasti, dua aset ini menjadi pilihan utama,” ujar Bailey.

Selain Indonesia, pola serupa juga terlihat di berbagai negara lain. Di Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa wilayah Eropa, para miliuner mulai kembali membangun portofolio dengan instrumen yang lebih tradisional. Investor kelas atas menyadari bahwa volatilitas pasar keuangan dan ketegangan geopolitik dapat sewaktu-waktu menggerus nilai kekayaan mereka.

Di Indonesia sendiri, pembelian properti oleh kalangan super kaya tak hanya terbatas pada rumah pribadi. Investasi juga menyasar apartemen mewah, vila di kawasan wisata, dan properti komersial yang memiliki prospek jangka panjang. Sementara itu, emas dipandang sebagai lindung nilai paling klasik, namun tetap relevan di tengah ketidakpastian yang tak kunjung reda.

Survei Knight Frank juga mencatat bahwa para orang kaya ini mulai merambah aset-aset digital, namun minat terhadap aset fisik tetap mendominasi. Terlebih dalam konteks Indonesia, di mana pemahaman terhadap investasi tradisional masih lebih kuat di kalangan investor lama.

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa strategi bertahan hidup finansial di kalangan atas pun mulai mengalami pergeseran. Tidak lagi semata mengejar keuntungan instan, melainkan lebih ke arah pengamanan kekayaan dan pelestarian aset untuk generasi berikutnya.

Next dengan Timer

Dalam beberapa tahun ke depan, tren ini diprediksi terus berlanjut. Apalagi dengan masih adanya ketegangan geopolitik, potensi resesi global, dan tekanan inflasi yang belum sepenuhnya pulih. Orang kaya Indonesia diperkirakan akan terus memborong aset-aset berwujud sebagai bentuk perlindungan dan diversifikasi kekayaan.

Kita pun bisa belajar dari strategi ini, bahwa di tengah ketidakpastian global, kembali ke dasar-dasar investasi bisa menjadi jalan yang bijak dan aman.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama