Ketegangan antara Iran dan Israel kembali menggelora setelah pemerintah Iran menyatakan kesiapan untuk melanjutkan konfrontasi militer. Pernyataan tegas ini disampaikan oleh Penasihat Senior Pemimpin Tertinggi Iran, Kamal Kharrazi, yang menegaskan bahwa negaranya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan militer terhadap Israel jika situasi semakin memburuk.
"Jika Israel terus melancarkan agresi dan tindakan militer terhadap kami atau sekutu-sekutu kami di wilayah ini, kami tidak akan tinggal diam. Kami siap untuk memasuki fase perang terbuka," ujar Kharrazi dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera.
Ia menambahkan bahwa Iran saat ini tengah memperkuat aliansi strategisnya, terutama dengan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon. Dukungan kepada Hizbullah, menurut Kharrazi, merupakan bentuk solidaritas terhadap perlawanan terhadap Israel dan bagian dari strategi pertahanan regional Iran.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel, di mana terjadi bentrokan sporadis antara pasukan Israel dan kelompok militan Hizbullah. Situasi ini memicu kekhawatiran dunia internasional akan kemungkinan meletusnya perang besar yang dapat mengguncang stabilitas Timur Tengah.
Iran juga menegaskan bahwa pihaknya tidak akan ragu menggunakan kekuatan penuh untuk membalas jika fasilitas strategis mereka diserang oleh Israel. Ancaman ini dipandang oleh banyak analis sebagai eskalasi serius dari konflik yang telah lama membara di kawasan.
Sementara itu, Israel menyatakan bahwa mereka akan terus mempertahankan diri dari segala bentuk ancaman eksternal, terutama yang datang dari Iran dan sekutunya. Dalam beberapa pekan terakhir, Israel meningkatkan intensitas patroli militer dan kesiagaan di sepanjang perbatasannya.
Masyarakat internasional menyerukan kepada kedua pihak untuk menahan diri dan mengutamakan jalur diplomasi guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, dengan masing-masing pihak yang menguatkan posisi militer mereka, kemungkinan tercapainya gencatan senjata tampak semakin kecil.
Dalam situasi yang kian panas ini, dunia menanti apakah diplomasi akan mampu meredakan bara konflik, atau sebaliknya, apakah kawasan Timur Tengah akan kembali terbakar oleh perang yang lebih besar dan menghancurkan.