Hubungan dagang antara Iran dan China terus menunjukkan tren positif, bahkan di luar sektor energi seperti minyak dan gas. Dalam tiga bulan pertama tahun berjalan, nilai perdagangan nonmigas kedua negara tersebut tercatat mencapai lebih dari US$6,4 miliar atau setara dengan sekitar Rp113 triliun (mengacu pada kurs Rp17.600 per dolar AS).
Data resmi dari otoritas bea cukai Iran menunjukkan bahwa China tetap menjadi mitra dagang utama negara Timur Tengah tersebut. Sepanjang periode kuartal pertama, Iran mengirimkan berbagai komoditas nonmigas ke China dengan total nilai ekspor sebesar US$3,5 miliar. Sebaliknya, impor Iran dari Negeri Tirai Bambu mencapai US$2,9 miliar, yang mencakup berbagai produk industri, barang elektronik, hingga kebutuhan dasar lainnya.
Pejabat perdagangan Iran menekankan bahwa pencapaian ini mencerminkan keberhasilan strategi diversifikasi ekonomi dan perdagangan luar negeri Iran. Dengan terus mengembangkan sektor-sektor nonmigas, pemerintah Iran berharap dapat mengurangi ketergantungan terhadap ekspor minyak mentah yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Selain itu, hubungan bilateral antara Teheran dan Beijing memang menunjukkan penguatan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah sejumlah kesepakatan strategis ditandatangani, termasuk perjanjian kerja sama jangka panjang selama 25 tahun. China juga menjadi salah satu negara besar yang aktif menjalin kerja sama dengan Iran di tengah tekanan sanksi ekonomi dari negara-negara Barat.
Dengan pencapaian yang signifikan ini, Iran dan China memperkuat posisinya sebagai mitra dagang strategis di kawasan Asia, sekaligus memperlihatkan bahwa kerja sama ekonomi yang solid dapat berkembang bahkan di luar sektor energi yang selama ini mendominasi peta perdagangan global.