Menjelang peringatan Hari Buruh Internasional setiap tanggal 1 Mei, otoritas di kota metropolitan Turki, Istanbul, memberlakukan penutupan ketat terhadap fasilitas transportasi dan kawasan pusat kota. Kebijakan ini dijalankan dalam rangka mencegah terkonsentrasinya massa demonstran yang berencana menggelar aksi di sekitar kawasan bersejarah Taksim Square, lokasi tradisional perayaan buruh yang telah lama dilarang sejak kerusuhan tahun 1977.
Penutupan Transportasi Publik Secara Mendadak Pagi hari sebelum perayaan, pihak berwenang menghentikan operasional seluruh jalur metro, layanan bus antar-kota, trem, dan layanan feri yang melintasi Selat Bosphorus. Pengumuman resmi melalui media lokal dilakukan hanya beberapa jam sebelum penutupan diberlakukan, mengejutkan warga dan turis. Stasiun-stasiun yang biasanya padat dipenuhi penumpang tiba-tiba sepi, sementara petugas kepolisian berseragam dan berpakaian preman bersiaga di setiap sudut pintu keluar stasiun.
“Tidak ada jalan lain kecuali menunda perjalanan,” ujar seorang pegawai kantoran yang kaget mendapati kantornya di BeyoÄŸlu hampir tak bisa dijangkau. “Transportasi alternatif sulit dicari, dan banyak taksi yang menolak penumpang ke arah pusat kota.”
Aparat Keamanan Lebih Awal Menangkap Pendukung Aksi Menurut laporan resmi, pihak kepolisian melakukan penangkapan selektif terhadap sekitar 120 orang yang diduga berafiliasi dengan serikat buruh dan organisasi mahasiswa. Penahanan ini didahului oleh penggerebekan di rumah-rumah aktivis dan peringkusan beberapa titik pertemuan rahasia. Para tersangka dibawa ke kantor polisi terdekat dengan tuduhan “mengganggu ketertiban umum” dan “persiapan unjuk rasa ilegal.”
Seorang pegiat buruh yang sempat diwawancarai menuturkan, “Mereka datang dini hari, mendobrak pintu, dan memaksa masuk. Tidak ada kesempatan untuk menjelaskan niat damai kami.”
Suasana Tegang di Taksim Square Di lapangan Taksim yang biasanya dipenuhi aksi damai pada 1 Mei, suasana kini sunyi. Barikade besi dipasang mengelilingi monumen Republik, dan kendaraan taktis—termasuk water cannon dan truk barakuda—berjaga dengan segelintir petugas bersenjata lengkap. Para pekerja migran, mahasiswa, dan simpatisan partai oposisi yang biasanya berkumpul di area ini, terpaksa merelakan tradisi mereka diganti dengan operasi diam-diam di ruang virtual.
Serikat Pekerja dan Oposisi Kebal Ekonomi Politik Konfederasi Serikat Buruh Turki (TÜRK-İŞ) mengecam keras kebijakan lockdown tanpa pemberitahuan panjang. Juru bicara serikat, Yusuf Demir, menyatakan, “Penutupan sepihak ini merupakan pelanggaran hak berkumpul yang dijamin konstitusi. Pemerintah membungkam suara buruh di momen paling penting.”
Di pihak oposisi, Partai Rakyat Republik (CHP) juga menyoroti penahanan Ekrem İmamoğlu, walikota Istanbul terpilih, sebagai upaya membungkam protes. Imamoğlu sempat menyuarakan dukungan terhadap kebebasan berpendapat, namun kini menghadapi tuduhan subversi.
Konteks Politik dan Sejarah Taksim Square memiliki catatan kelam dalam ingatan kolektif masyarakat Turki. Pada 1 Mei 1977, bentrokan antar demonstran dan aparat menewaskan 34 orang dalam peristiwa yang kemudian dikenal Tragedi Taksim. Larangan unjuk rasa di tempat ini resmi diterapkan setelah kerusuhan tersebut, namun gelombang protes terus bergulir tiap tahunnya.
Pemblokiran jantung kota Istanbul menjadi salah satu strategi pemerintah untuk mencegah potensi eskalasi yang pernah memuncak saat gerakan Gezi Park pada 2013. Saat itu, protes kecil menentang reklamasi taman berubah menjadi demonstrasi anti-pemerintah skala besar.
Reaksi Internasional Sejumlah organisasi hak asasi, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menyerukan agar Turki menghormati konstitusinya sendiri. Mereka mengingatkan bahwa Hari Buruh adalah momentum global untuk menyuarakan peningkatan upah, kondisi kerja, dan perlindungan sosial.
“Kebebasan berkumpul adalah elemen fundamental demokrasi,” ujar perwakilan Amnesty di Jenewa. “Tindakan kepolisian yang membatasi perpindahan warga mencederai prinsip-prinsip hak asasi.”
Analisis dan Prospek ke Depan
Para analis politik memprediksi ketegangan akan meningkat jika pemerintah tidak mengakomodasi tuntutan dasar buruh, seperti kenaikan upah minimum dan jaminan sosial yang memadai. Serikat buruh berencana menggalang kampanye digital sebagai alternatif, namun efektivitasnya masih menjadi tanda tanya.
Penutup Di tengah hiruk-pikuk persaingan politik dan tekanan ekonomi, Hari Buruh 2025 menjadi titik tolak bagi kebijakan kebebasan sipil di Turki. Sementara Erdogan dan para pendukungnya menekankan stabilitas dan keamanan, suara buruh menuntut ruang dialog yang lebih terbuka. Konflik antara kebutuhan negara dan hak individual ini kemungkinan besar akan terus mewarnai peta politik Turki ke depan.